Click Here For Free Blog Templates!!!
Blogaholic Designs

Pages

Kamis, 28 Juni 2012

Ketika Bintang membawamu kedalam sebuah palungan


Ko Fuji (Pendeta di Gereja saya) semalam kembali mengingatkan tentang khotbah waktu Natal tahun kemaren. Bagaimana jika Bintang terang yang kita lihat sebagai janji Tuhan itu justru membawa atau mengarahkan kita ke Palungan.

Palungan atau dalam bahasa inggris Manger berasal dari bahasa Perancis yang berarti makan, dalam bahasa Latin adalah Manducare yang berarti untuk mengunyah. Dalam arti jelasnya palungan adalah sebuah box atau wadah, bisa terbuat dari logam, batu ataupun kayu yang digunakan untuk meletakkan makanan hewan, biasanya diletakkan didalam kandang. Didalam Alkitab dijelaskan bagaimana Tuhan Yesus lahir dalam sebuah kandang, dan Maria menaruh-Nya didalam palungan. Sebuah kandang hewan untuk Raja diatas segala Raja? What? Are you kidding me? Mungkin harusnya itulah yang ada dibenak orang Majus saat mendapati bayi Yesus dipalungan. Mereka menempuh perjalanan beribu mil jauhnya mengikuti cahaya bintang timur, berharap untuk bisa bertemu dengan sang raja. Tapi nyatanya mungkin tak sesuai dengan harapan mereka.
Alkitab memang tidak menjelaskan dengan detail bagaimana respon orang-orang Majus tersebut ketika berjumpa dengan Maria Yusuf serta bayinya. Tapi yang saya tau selanjutnya adalah mereka menyerahkan persembahan yang telah mereka bawa. Tidak tercatat adanya keraguan saat mereka memberikan Emas, Kemenyan, dan Mur tersebut.

Di konser Doa semalam jutsru saya bertanya hal itu kepada Tuhan.. “Tuhan, saya sudah mengikuti janji-Mu. Tapi kenapa saya berakhir disini?”
Ada beberapa hal yang membuat saya mengajukan pertanyaan itu kepada Tuhan, yang tak semuanya bisa saya tulis disini.

Saya menganggap kedatangan saya di Jakarta adalah  sebagai batu loncatan agar saya bisa dengan mudah ke USA. Bekerja di VOA adalah cita-cita terbesar dalam hidup saya (tentu ada alasan khusus dibalik itu). Tapi kenapa saya malah stay di Jakarta ini?? Dan semakin kesini bintang itu terlihat makin meredup. Seperti tidak ada lagi harapan untuk saya kesana. Selain untuk bekerja, saya juga punya mimpi untuk mendapatkan gelar MBA di sana, walau akhirnya saya mendapat MM disini (Tuhan tau saya sangat bersyukur atas itu). Sejak kecil saya dikenal sebagai anak yang penuh dengan mimpi-mimpi besar, sampai-sampai Mama saya harus berulang kali mengingatkan agar tidak terlalu hidup dalam mimpi itu. Karena saya hanya akan menelan kekecewaan ketika mimpi itu tak terwujud. Ngomongin soal mimpi, ini bukan yang pertama. Saya pernah membahas mimpi di sini

Namun satu hal yang tetap saya pegang sampai hari ini adalah, saya tau saya bisa percaya penuh pada Allah yang memberikan or at least mengijinkan saya untuk memiliki mimp. Karena mimpilah saya bisa ada diposisi dimana saya berada sekarang. Dan someday, kalaupun mimpi itu memang tak pernah terwujud. Saya tetap percaya bahwa Allah saya tau segala yang terbaik yang bisa terjadi dalam hidup saya. Sama seperti palungan yang tidak mengubah 1 fakta pun tentang Tuhan Yesus yang terlahir sebagai Raja diatas segala Raja. Demikian juga keadaan saat ini tidak akan merubah bahwa janji Tuhan atas hidupku akan digenapi.


Tuhan Yesus memberkati,

Happy Stevany 

0 komentar:

Posting Komentar